Rabu, 01 Februari 2012

Keluarga bermasalah di Inggris


Keluarga bermasalah di Inggris

Liston P Siregar Liston P Siregar | 2011-12-16, 10:45
Pemerintah Inggris ingin membina keluarga bermasalah. Untuk program pembinaan itu, Perdana Menteri David Cameron menyediakan anggaran sebesar £448 juta, seperti diumumkannya Kamis 15 Desember. Targetnya? Kehidupan keluarga bermasalah tadi akan pulih kembali, atau...ya tidak bermasalah lagi.

David Cameron
Tapi apa definisi keluarga bermasalah?
Jelas bukan yang anaknya ikut aliran punk dengan rambut tajam-tajam yang ditangkap polisi di Banda Aceh. Jelas pula pembinaan bukan dengan cara dibotakin dan dimasukkan ke sekolah polisi.
Definisi di Inggris amat berbeda. Urusan rambut dan selera musik adalah hak pribadi seseorang, kecuali pasang musik keras-keras tengah malam sampai kedengaran ke tetangga.
Ketika mengganggu orang secara langsung, barulah masuk dalam kategori perilaku antisosial dan urusannya bukan lagi sekedar individu tapi sudah melibatkan kelembagaan negara untuk menyelesaikanya.
Tujuh patokan
Ada tujuh patokan yang dijadikan dasar dalam menentukan sebuah keluarga bermasalah atau biasa-biasa saja. Yang pertama adalah jika tak satupun angota keluarga -termasuk ayah dan ibu- yang tidak bekerja. Mereka semata-mata menggantungkan diri pada tunjangan sosial.
Kemudian tak satupun anggota keluarga memiliki kualifikasi pendidikan maupun ketrampilan dan mereka hidup dalam kondisi perumahan yang padat.

Kerusuhan London
Patokan lainnya adalah jika ibu -yang di Inggris sekalipun masih juga dianggap sebagai pengurus utama rumah tangga- menderita gangguan mental, atau salah satu dari orangtua menderita penyakit kronis.
Termasuk juga dalam patokan itu adalah jika pendapatan keluarga amat rendah jika memang ada anggota keluarga yang bekerja. Terakhir adalah jika mereka tidak mampu membeli kebutuhan pangan dan sandang.
Jika lima dari tujuh patokan itu dipenuhi, maka keluarga tersebut masuk dalam yang bermasalah dan menjadi sasaran dari program pembinaan yang diluncurkan David Cameron. Jumlah di Inggris adalah 120.000 keluarga bermasalah.
Untuk mengatasi masalah keluarga bermasalah itu, akan dikerahkan sejumlah pekerja sosial yang mengidentifikasi masalah yang dihadapi masing-masing keluarga bermasalah tadi. Para pekerja sosial juga akan memastikan mereka mendapatkan layanan yang diperlukan dan menjamin ada tindakan yang diambil untuk memulihkan keluarga tadi. Jaringan pekerja sosial itu disebut Tim Keluarga Bermasalah.
Pembinaan 120.000 keluarga itu jelas pekerjaan yang sulit. Apalagi ada kecenderungan anggota keluarga bermasalah sering terlibat dalam perilaku antisosial. Pemerintah juga menemukan banyak anak-anak dari keluarga bermasalah yang sering bolos sekolah.
Aspek ekonomi
Ibaratnya, mengurus keluarga yang biasa-biasa saja sudah sulit, apalagi keluarga bermasalah.

london
Bagaimanapun jika berhasil, banyak manfaatnya. Bukan cuma secara moral atau secara sosial saja. Juga ada keuntungan secara ekonomis. Ketika berlangsung kerusuhan di Inggris awal Agustus, sejumlah pertokoan maupunmobil dibakar atau dirusak.
Orang beramai-ramai menjarah toko. Sebuah lembaga, Centre for Retail Research, memperkirakan kerugian mencapai £80 juta karena banyak usaha yang tutup. Sedangkan kerugian akibat penjarahan dan kerusakan diperkirakan mencapai £61 juta.
Asumsi pemerintahan Cameron adalah kerusuhan menjadi membesar karena keluarga-keluarga bermasalah. Para orangtua tidak bisa mengendalikan anak-anaknya untuk tidak ikut meramaikan kerusuhan dan penjarahan. Apalagi jika orangtuanya yang ikut menjarah langsung.
Tanpa kasus kerusuhan London sekalipun, pemerintah punya perkiraan kerugian akibat perilaku dari keluarga-keluarga bermasalah tadi. Saat mengumumkan prakarsa ini, David Cameron menyampaikan angka bahwa setiap tahunnya keluarga bermasalah di Inggris menghabiskan dana sampai £9 miliar -atau sekitar Rp126 triliun.
Dana itu antara lain untuk membayar tunjangan sosial, biaya pengobatan, maupun ongkos memperbaiki kerusakan dari perilaku antisosial.
Pada zaman ekonomi baik saja jumlah £9 miliar besar artinya, buat Inggris sekalipun. Apalagi ketika krisis ekonomi sedang menghantam negara-negara Eropa. Melihat angka itu, maka anggaran untuk keluarga bermasalah yang hampir mencapai £450 juta tidak ada apa-apanya: cuma seperduapuluhnya.
Dalam kasus di razia remaja punk di Banda Aceh, saya yakin urusannya moral semata, tepatnya moralitas yang didasarkan persepsi sepihak. Saya tak terlalu paham keuntungan ekonomi dari razia remaja punk yang cuma nonton musik. Kalaupun musiknya terlalu keras dan mengganggu penduduk sekitar, pentas musiknya yang harus dihentikan.
Saya juga tidak paham dimana buruknya moralitas dari seorang penggemar musik punk jika sekedar dilihat dari penampilannya semata. Jelas saya akan berkomentar sinis: 'banyak gaya!'' dan hanya berhenti di situ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar